Pages

Rabu, 21 November 2007

Pernahkah Kamu Bermimpi?

Pasti pernah bukan?
Mimpi seperti apa? Mimpi dalam tidur? Klo ini sudah pasti lah, semua orang pernah bermimpi.
Yang saya maksud mimpi yang ingin diwujudkan.


Saya belajar banyak dari mimpi ini. Mimpi-mimpi ini yang menggerakkan kita. Menjadi bahan bakar dan hasrat. Membuat hidup makin Hidup (mencontek jinggle iklan).

Apa impian saya, yang membuat saya makin hidup.
Dari kecil sampai besar. Saya hidup serba kekurangan. Tapi saya mempunyai impian yang mustahil untuk diwujudkan menurut orang tua saya. Setidaknya waktu itu. Saya ingin ke Jepang, bukan untuk kuliah atau kerja. Saya ingin melihat sakura bermekaran.

Pernah dengar istilah LoA, Low of Attraction?
Apa yang kita pikirkan mungkin bisa terwujud. Dipikirkan di sini maksudnya, dengan sangat. Impian anak-anak adalah sesuatu yang murni. Tanpa ada prasangka buruk. Mereka punya imajinasi yang liar, tanpa adanya batasan. Mereka berkhayal dan yakin pasti bisa.

Untuk orang dewasa, bermimpi bisa terbang misalnya adalah mustahil. Karena kita berpikir bahwa manusia ditakdirkan tidak bisa terbang dengan menunjuk berbagai fakta dan alasan. Maka kita memang tidak bisa terbang. Untuk anak-anak, mereka yakin bisa.
Bukankah Pesawat terbang juga hasil sebuah impian?

Kadang impian anak-anak yang tercamkan kuat, adalah ujudan masa depan mereka. Dengan tidak ada batasan dan prasangka buruk, Mereka yakin bahwa itu pasti terwujud. Ini yang tertanam kuat di bawah sadar mereka. Dan alam bawah sadar mereka (LoA) yang menuntun mereka ke impian itu, bagaimana pun caranya.
Bagaimana mungkin?

Kembali ke mimpi saya. Ke Jepang! Kala itu saya yakin bisa. Walau menurut oarangtua saya tidak mungkinlah. Berapa ongkosnya, wong untuk sekolah dan dan makan saja tidak punya uang. Tapi Mama saya meng’amini’ mimpi saya. Waktu itu saya tidak memikirkan uang, karena bagi saya dulu uang hanyalah logam yang bergambar gunungan saja. (uang recehan pecahan 100 rupiah). Mimpi itu tertanam kuat.

Memang makin bertambah usia, saya sempat menguburkan mimpi itu. Sampai sekarangpun saya masih tidak punya uang untuk pergi ke Jepang. Mustahil!!!
Tapi tahukah saya, kalau mimpi itu yang menyeret menemukan hobi tidak jauh dari mimpi saya. Ya! Saya menemukan hobi baru, membuat boneka Jepang. Secara tidak sadar apa yang saya suka adalah hasil mimpi saya. Saya suka komik dan film kartun Jepang.

Boneka Jepang ini, setidaknya membawakan sedikit Jepang di hidup saya. Walau nanti sampai akhir hayat, saya masih tidak bisa ke Jepang, saya puas. Setidaknya saya ciptakan sendiri ‘Jepang’ saya.

Lalu akankah kita, orangtua, dengan sadar membunuh mimpi anak-anak kita. Biarkan mereka dengan khayalan liarnya bermimpi. Selama mimpi itu adalah sesuatu yang baik biarkan saja. Jangan kita jadi pembunuh mimipi mereka dengan mengatakan, tidak mungkin, mustahil, mana bisa, ngaco, mimpi!

Ketika anak saya mengucapkan hal yang mustahil (bagi saya), saya hanya tersenyum. Dan membiarkan anak saya yang berkhayal (lagi) cara mewujudkannya.

Maka ketika suatu waktu anak saya berkata, “ Ma, akukan Alonso (juara dunia F1, 2 kali) kan?”
Serta merta saya menjawab, “YA!!” dan mengamini dengan yakin di hati saya.

Bisa jadi kan, Faris Asnafi Lathief, jadi pembalap F1 dari Indonesia & juara Dunia.
-------------------------------------------------------------------------------------
Andaikata Thomas Alva Edison tidak memiliki mimpi untuk membuat lampu listrik, aktivitas manusia tentu tidak seaktif saat ini. Apabila Wright bersaudara tidak bermimpi maka manusia tidak bisa terbang.

Thomas Alva Edison, dicap anak dungu. Hanya berpendidikan formal selama 3 bulan. Ibunyalah yanga yakin akan mimpinya dan mengajarinya dengan sabar.
Dan sejarah telah mencatat, Thomas Alva Edison salah seorang pencipta terbesar sepanjang zaman. Ketika meninggal dunia ia memegang lebih dari 1300 hak paten AS dan negara asing. Ia mewariskan mega perusahaan General Electric.
-------------------------------------------------------------------------------------
Jadi jangan katakan tidak mungkin!

Catur
http://www.dievascraft.com

Jepang, Tunggu Saya !!!!!

Jepang Tunggu Saya!!!!!!

Impian saya dari kecil, pergi ke Jepang. Mimpi ini bermula dari sebuah kaleng biscuit dari parsel lebaran yang di dapat Bapak saya.
Kaleng itu bergambar wanita berkimono musim panas (yukata) dengan payung, berdiri dibawah pohon sakura yang sedang bermekaran.

Dulu saya tidak tahu cerita gambar itu.
Saya bertanya ke Mama, “Ini orang Jepang, sedang berkimono.”
“Jepang? Dimana?” Tanya saya, saat itu seingat saya baru berusia 4 tahun.
“Jauh dari sini.” Jawab Mama lagi.
“Bagus ya Ma? Yani (panggilan kecil saya) pengen ke Jepang!” tak lepas tatapan saya dari kaleng itu
“Mama Doakan nanti kamu bisa ke Jepang sendiri.”

Itu sedikit info yang saya tahu tentang Jepang. Semakin besar semakin banyak info yang saya dapat. Ditambah lagi gempuran film dan komik Jepang ke Indoesia, membuat saya makin ingin ke Jepang.

Tapi impian itu hanya impian anak-anak. Semakin saya sibuk dengan tugas sekolah di SMA, lalu kerja dan kuliah, impian itu memudar. Semakin saya tidak yakin bisa terbang ke Jepang.

Walau begitu, bawah alam sadar saya terus menghidupakan mimpi itu. Dia yang membawa saya nekat kursus bahasa Jepang, walau hanya satu tingkat. Dia yang memaksa saya nonton film kartun Jepang. Menggeret saya ke toko buku untuk curi-curi baca kartun Jepang. Usia saya waktu itu bukan anak-anak lagi, saya sudah bekerja dan kuliah. Sampai teman-teman mencap saya childish. Berjiwa anak-anak. Saya cuek!

Tapi karena ulah sayalah teman-teman kampus jadi gandrung nonton kartun Sinchan! Jadi kami sama!

Setelah saya menikah, dan kehadiran buah hati kami yang berturut-turut, makin memudarkan impian saya. Suami saya tidak suka kartun, apalagi komik. Tidak Dewasa sekali!
Pernah kami bertengkar kecil karena kebiasaan saya nongkrong di depan tv tertawa geli, hanya nonton si sinchan. Waktu itu saya hamil anak yang pertama. Tidak mau bertengkar, saya mengalah.

Setelah lahir anak ke dua, secara tidak sengaja saya menemukan situs internet tentang kurumi-e (kerajian kertas dari washi, berbentuk gambar semi 3diemnsi). Kembali semua mimpi saya. Saya tidak bisa tidur hanya memikirkan kurumi-e. Dengan segala kenekatan saya akhirnya saya menemukan toko Jepang yang menjual perlengkapan kerajinan ini.

Pertemuan kali ini ternyata menciptakan pusara yang lebih besar dari sebelumnya. Semakin membawa saya tenggelam ke dasar mimpi saya.

Mimpi saya terus menenggelamkan saya dalam pencarian-pencarian selanjutanya, sehingga terdampar dan jatuh hati pada boneka Jepang yang terbuat dari kertas. “washi Ningyo”.

Semula segala usaha saya ditentang keluarga saya, mama, ayah dan suami. Tapi saya tidak bisa membantah, saya anak penurut. Saya sempat backstreet. Selingkuh dengan boneka-boneka itu. Tidak menyenangkan memang. Tapi tarikan itu begitu kuat. Sampai saya sulit menolaknya. Penolakan dan cemo’ohan juga datang dari teman-teman. Saat itu saya sempet sakiiittt hati. Sedih!
Tapi saya bertekad akan buktikan nanti, bahwa hobi baru saya tidak sia-sia. Semangat!

Hingga suatu waktu saya diwawancara salah satu Tv swasta karena keunikan hobi saya. Dari sini, keluarga dan teman saya memandang sebelah mata ( tadinya tidak sudi melihat).
Suami dan keluarga mulai mendukung. Suamilah yang kemudian menyarankan saya untuk membuat website untuk dokumentasi boneka-boneka karya saya. Dan di tempat saya bekerja, saya mempunyai pangilan baru, Si Boneka Jepang.

Sekarang, suamipun tidak membenci saya karena kartun Jepang yang saya tonton. Sekarang dia sedang kecanduan ‘Naruto’. Sampai searching di internet untuk mencari tahu tentang Naruto. Kemarin saya curi dengar, suami pesen ikat kepala Naruto ke adik saya, yang menjual aneka mainan anak-anak. Ternyata pusara itu tidak hanya menyeret saya! Jadi berhati-hatilah!

Pergulatan saya tidak sia-sia, sekarang saya mulai ‘dikenal’ sebagai pembuat boneka Jepang. Belum bisa dibilang ahli sih. Dari sini bertambah teman-teman yang sehobi. Karena banyak permintaan mengajar kursus, sayapun bersedia untuk membuka kelas. Walau masih berpindah tempat, tapi kami tetap semangat belajar membuat boneka Jepang. Membagi mimpi!

Suatu hari nanti saya ingin punya tempat khusus untuk mimpi saya, bukan tempat tidur loh. Tempat saya memajang boneka saya, dan tempat untuk teman-teman untuk bisa kursus.

Sekarang, impian saya ke Jepang makin jelas. Saya makin yakin suatu hari nanti saya bisa ke jepang. Dan hobi saya ini yang akan membawa saya ke sana.

“Dengan kimono merah muda, berdiri di bawah pohon sakura yang sedag bermekaran. Di penghujung musim semi, helai-helai kelopak bunga sakura berjatuhan dan jatuh di rambut saya. Sejauh mata mendang terlihat sakura, semerahmuda hati saya.”

Jadi……..
“Jepang tunggu saya!!!” sambil loncat tinggi keudara, angin meniup tiap helai rambut saya. Terbang semakin tinggi ke angkasa. Kling! (seperti dalam komik Jepang yang sering saya baca, bila tokohnya sedang semangat).


Sssssttt, tulisan saya ini di muat di majalah Wirausaha dan Keuangan edisi Januari

Selasa, 13 November 2007

Update Web Dievascraft.com


Legaaaaaa......

Akhirnya web http://www.dievascraft.com/ terupdate juga.
Setelah hampir sebulan vacum. Mulai dari pulang kampung, sampai Mas Faris diopname dirumah sakit :)

Enjoy ya.......

Senin, 12 November 2007

Kursus Anesama, 11 November 2007

Anesama, boneka Jepang
(ini foto diambil suami di halaman rumah, terima kasih Yah)

Bertempat di Solaria, PTC Pulogadung.

Dihadiri dua sahabat saya dari boneka_washi@yahooogroups.com
Berjalan lancar, saya senang dan berharap dua sahabat saya ikut senang.

Tunggu kursus selanjutnya ya.......

Ads