Jepang Tunggu Saya!!!!!!
Impian saya dari kecil, pergi ke Jepang. Mimpi ini bermula dari sebuah kaleng biscuit dari parsel lebaran yang di dapat Bapak saya.
Kaleng itu bergambar wanita berkimono musim panas (yukata) dengan payung, berdiri dibawah pohon sakura yang sedang bermekaran.
Dulu saya tidak tahu cerita gambar itu.
Saya bertanya ke Mama, “Ini orang Jepang, sedang berkimono.”
“Jepang? Dimana?” Tanya saya, saat itu seingat saya baru berusia 4 tahun.
“Jauh dari sini.” Jawab Mama lagi.
“Bagus ya Ma? Yani (panggilan kecil saya) pengen ke Jepang!” tak lepas tatapan saya dari kaleng itu
“Mama Doakan nanti kamu bisa ke Jepang sendiri.”
Itu sedikit info yang saya tahu tentang Jepang. Semakin besar semakin banyak info yang saya dapat. Ditambah lagi gempuran film dan komik Jepang ke Indoesia, membuat saya makin ingin ke Jepang.
Tapi impian itu hanya impian anak-anak. Semakin saya sibuk dengan tugas sekolah di SMA, lalu kerja dan kuliah, impian itu memudar. Semakin saya tidak yakin bisa terbang ke Jepang.
Walau begitu, bawah alam sadar saya terus menghidupakan mimpi itu. Dia yang membawa saya nekat kursus bahasa Jepang, walau hanya satu tingkat. Dia yang memaksa saya nonton film kartun Jepang. Menggeret saya ke toko buku untuk curi-curi baca kartun Jepang. Usia saya waktu itu bukan anak-anak lagi, saya sudah bekerja dan kuliah. Sampai teman-teman mencap saya childish. Berjiwa anak-anak. Saya cuek!
Tapi karena ulah sayalah teman-teman kampus jadi gandrung nonton kartun Sinchan! Jadi kami sama!
Setelah saya menikah, dan kehadiran buah hati kami yang berturut-turut, makin memudarkan impian saya. Suami saya tidak suka kartun, apalagi komik. Tidak Dewasa sekali!
Pernah kami bertengkar kecil karena kebiasaan saya nongkrong di depan tv tertawa geli, hanya nonton si sinchan. Waktu itu saya hamil anak yang pertama. Tidak mau bertengkar, saya mengalah.
Setelah lahir anak ke dua, secara tidak sengaja saya menemukan situs internet tentang kurumi-e (kerajian kertas dari washi, berbentuk gambar semi 3diemnsi). Kembali semua mimpi saya. Saya tidak bisa tidur hanya memikirkan kurumi-e. Dengan segala kenekatan saya akhirnya saya menemukan toko Jepang yang menjual perlengkapan kerajinan ini.
Pertemuan kali ini ternyata menciptakan pusara yang lebih besar dari sebelumnya. Semakin membawa saya tenggelam ke dasar mimpi saya.
Mimpi saya terus menenggelamkan saya dalam pencarian-pencarian selanjutanya, sehingga terdampar dan jatuh hati pada boneka Jepang yang terbuat dari kertas. “washi Ningyo”.
Semula segala usaha saya ditentang keluarga saya, mama, ayah dan suami. Tapi saya tidak bisa membantah, saya anak penurut. Saya sempat backstreet. Selingkuh dengan boneka-boneka itu. Tidak menyenangkan memang. Tapi tarikan itu begitu kuat. Sampai saya sulit menolaknya. Penolakan dan cemo’ohan juga datang dari teman-teman. Saat itu saya sempet sakiiittt hati. Sedih!
Tapi saya bertekad akan buktikan nanti, bahwa hobi baru saya tidak sia-sia. Semangat!
Hingga suatu waktu saya diwawancara salah satu Tv swasta karena keunikan hobi saya. Dari sini, keluarga dan teman saya memandang sebelah mata ( tadinya tidak sudi melihat).
Suami dan keluarga mulai mendukung. Suamilah yang kemudian menyarankan saya untuk membuat website untuk dokumentasi boneka-boneka karya saya. Dan di tempat saya bekerja, saya mempunyai pangilan baru, Si Boneka Jepang.
Sekarang, suamipun tidak membenci saya karena kartun Jepang yang saya tonton. Sekarang dia sedang kecanduan ‘Naruto’. Sampai searching di internet untuk mencari tahu tentang Naruto. Kemarin saya curi dengar, suami pesen ikat kepala Naruto ke adik saya, yang menjual aneka mainan anak-anak. Ternyata pusara itu tidak hanya menyeret saya! Jadi berhati-hatilah!
Pergulatan saya tidak sia-sia, sekarang saya mulai ‘dikenal’ sebagai pembuat boneka Jepang. Belum bisa dibilang ahli sih. Dari sini bertambah teman-teman yang sehobi. Karena banyak permintaan mengajar kursus, sayapun bersedia untuk membuka kelas. Walau masih berpindah tempat, tapi kami tetap semangat belajar membuat boneka Jepang. Membagi mimpi!
Suatu hari nanti saya ingin punya tempat khusus untuk mimpi saya, bukan tempat tidur loh. Tempat saya memajang boneka saya, dan tempat untuk teman-teman untuk bisa kursus.
Sekarang, impian saya ke Jepang makin jelas. Saya makin yakin suatu hari nanti saya bisa ke jepang. Dan hobi saya ini yang akan membawa saya ke sana.
“Dengan kimono merah muda, berdiri di bawah pohon sakura yang sedag bermekaran. Di penghujung musim semi, helai-helai kelopak bunga sakura berjatuhan dan jatuh di rambut saya. Sejauh mata mendang terlihat sakura, semerahmuda hati saya.”
Jadi……..
“Jepang tunggu saya!!!” sambil loncat tinggi keudara, angin meniup tiap helai rambut saya. Terbang semakin tinggi ke angkasa. Kling! (seperti dalam komik Jepang yang sering saya baca, bila tokohnya sedang semangat).
Sssssttt, tulisan saya ini di muat di majalah Wirausaha dan Keuangan edisi Januari
1 komentar:
Hallo mbak Yani,
Bravo Srikandi TDA. Selamat ya anda peserta pertama lomba menulis positif. Tulisan anda sangat menarik dan komunikatif serta menghibur dan menginspirasi.Yang pasti anda akan mendapat hak hadiah khusus sebagai peserta no.1.
Sukses untuk anda.Wujudkan mimpi menjadi nyata. Terus berpikir positif, kreatif dan semangat ya.
Salam dan doa sehat sukses bahagia.
Ning Harmanto
Posting Komentar